Senin, 20 April 2015

Untuk Ayah Sang Pemimpin Sejati


Sejak lama aku bertanya-tanya apa yang ingin kau cari. Ditengah kesibukan pekerjaanmu masih saja kau sempatkan dirimu untuk menjadi pemimpin bagi masyarakat. Memang kata “pemimpin”  yang melekat pada dirimu tidak lebih dari sekedar menjadi ketua RW di lingkungan sekitar. Biarpun begitu aku bangga, bahkan bangga sekali mempunyai seorang ayah yang rela membagi waktunya demi kepentingan masyarakat disaat kepala keluarga yang lain sibuk dengan keluarganya dan pekerjaannya.
                Namun, yang perlu kau tahu, tidak pernah ada rasa cemburu sedikitpun yang bermuara di pikiran dan hati ini. Kau tetaplah seorang ayah yang lihai sekaligus apik dalam memberikan perhatian pada anggota keluarga. Seringkali kau menengahkan keadaan dengan cara mencairkan suasana dalam perdebatan ketiga anakmu akibat berbedanya pendapat. Tidak hanya itu, untuk hal kecilpun kau tetap apik dalam memberikan perhatian, setiap sore menjelang maghrib jika aku sedang berada di “istana kita”  tidak pernah absen ditelingaku perintahmu untuk segera aku mandi. Lucu memang, seperti anak kecil saja.  Tapi di situlah salah satu titik dimana aku dapat menilai bahwa perhatianmu amat begitu besar.
                Mungkin sejumlah butiran pasir di lautan tidak akan cukup untuk memberikan apresiasiku untukmu. Yang aku tahu, selain ibu, hanya engkaulah yang selalu memberikan terangnya jalan ku, dan juga disaat aku sedang berada di suatu persimpangan, engkau lah orang yang menuntunku untuk menentukan arah mana yang benar-benar harus aku pilih. Aku tidak mau menaruh kau pada tempat keempat setelah ibu,ibu, dan ibu, walaupun agama mengajarkannya demikian. Yang jelas aku menganggap kasih sayang dan perhatianmu sama besarnya terhadap apa yang ibu berikan.
              Tidak banyak yang dapat aku tuliskan, hanya satu pesanku untuk mu ayah. Tetaplah menjadi pemimpin yang baik, bagi keluarga maupun masyarakat. Maafkan aku bila sering membuatmu jengkel akibat kenakalan yang sudah aku perbuat. Maafkan aku pula yang terkadang tidak pernah merasa cukup atas segala apa yang sudah engkau berikan. Percayalah, aku bersumpah engkau dan ibu lah orang pertama yang kusebut dalam setiap doa ku. Terimakasih atas perhatian dan kasih sayangmu, terimakasih terhadap kebebasan yang selalu engkau berikan untukku. Aku sangat bangga mempunyai seorang ayah sepertimu.


Untuk mu Ayah, Dari aku yang masih belum bisa membanggakanmu sampai saat ini.


(Rifal Rinaldi, Jatinangor 20 April 2015)

4 komentar:

  1. Boleh d'bikinin puisi tntang orang tua..keren..

    BalasHapus
  2. Ternyata nie hp masih email yg punya orang lama..yg baru blum d'ganti vhiviet fitriah..

    BalasHapus
  3. Ternyata nie hp masih email yg punya orang lama..yg baru blum d'ganti vhiviet fitriah..

    BalasHapus
  4. Boleh d'bikinin puisi tntang orang tua..keren..

    BalasHapus