Cinta, sebagai seorang mahasiswa
memang terasa sangat memalukan sebenarnya untuk membahas hal itu. Apalagi sekarang,
di tengah keadaan Indonesia yang sedang dihujani berbagai macam masalah, baik
itu sosial, politik, ekonomi, budaya, dan yang lainnya. Sebagai agen perubahan
memang sudah seharusnya saya memikirkan urusan yang berada jauh dari luar diri
pribadi, sebagai contoh ikut peduli dan mencari solusi dari berbagai macam
masalah yang ada di negara kita ini.
Namun
untuk saat ini hati berkata lain, dan otakpun seakan menyuruh dengan pecutnya
yang ganas untuk menuangkan semua urusan perasaan yang ada. Ditemani udara
dingin malam ini, terfikir apa makna cinta yang sebenarnya?. Saat ini kata “cinta”
lebih banyak dipersepsikan oleh orang lain adalah rasa sayang terhadap kekasih.
Dan aku pun berfikir demikian.
Rasa
sayang, sesuatu yang tidak dapat disentuh tetapi mungkin bisa dirasakan. Tetapi
bukan arti rasa sayang tersebut yang menjadi persoalan. Yang ada dalam benak
adalah apakah rasa sayang dapat kita berikan pada orang yang juga disayangi
orang lain. Contohnya, kita mempunyai rasa sayang pada seorang wanita yang
sudah menjadi milik lelaki lain namun hubungan mereka hanya sebatas pacar. Sepertinya
tidak akan ada seorangpun yang mampu
membenarkan hal tersebut.
Cinta
dan rasa sayang memang mempunyai rasa keegoisan dalam keabstrakannya. Mereka hanya
sempurna apabila saling menempel pada seporsi perasaan dua manusia (lelaki dan
perempuan), tidak untuk tiga manusia, empat, lima, ataupun seterusnya. Maka aku
pun dapat mengerti dengan yang aku rasakan dan alami saat ini, bahwa cinta dan
rasa sayang yang ku miliki dan ku beri pada seseorang yang ku kenal nampaknya
terlalu Utopis yang tidak mungkin bisa sempurna. ENTAHLAH !
_Untuk seseorang yang selalu aku
semogakan dalam doa ku_
(Rifal Rinaldi, Jatinangor 07 April 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar