Saya seseorang yang dilahirkan di Jakarta dengan
silsilah keluarga asli Jakarta pula, yang saat ini sedang menjalani hidup menjadi seorang mahasiswa di salah satu
perguruan tinggi negeri di Indonesia. Adalah Universitas Padjadjaran, salah
satu perguruan tinggi negeri tempat dimana saya mengais ilmu bakal bekal masa
depan nanti. Terletak di daerah perbatasan antara Bandung dan Sumedang yaitu
Jatinangor lebih tepatnya. Entah karena faktor kebetulan atau keberuntungan,
kampus Universitas Padjadjaran menerima saya untuk ikut serta mengais ilmu di
tempatnya. Yang jelas saya yakin bahkan sangat yakin semua adalah hasil dari
usaha kerja keras selama ini serta doa yang tidak lupa selalu saya bisikan
kepada tuhan. Usaha kerja keras dan doa pada saat itu saya akui dan dapat
dikatakan sangat terpaksa serta penuh ambisi akibat banyak tetangga yang
meremehkan saya ketika saya tidak lulus seleksi untuk melanjutkan pendidikan di
SMA negeri pada waktu itu. Terasa agak perih memang ketika diremehkan dengan
dasar dibanding-bandingkan dengan anak-anak mereka (tetangga) yang dengan
KEBERUNTUNGANNYA dapat lolos untuk melanjutkan pendidikan di SMA negeri
favorit.
Tiga
tahun telah berjalan saat itu, Dengan tidak terduga terbayarlah predikat remeh
yang disandangkan para tetangga pada diri saya. Malam itu adalah malam dimana
kesempatan terakhir saya untuk membuktikan pada mereka bahwa saya bisa menjadi
lebih baik dalam hal akademik. Walaupun tidak lama sebelumnya sempat kecewa,
karena dengan sombongnya Universitas Brawijaya menolak mentah-mentah diri saya
untuk ikut merasakan bangku akademiknya. Sangat senang malam itu, Universitas
Padjadjaran menerima saya untuk merasakan mengais ilmu di bangku akademiknya.
Bukan soal senang sekedar bisa masuk salah satu Universitas ternama di Indonesia,
tetapi lebih dari itu. Senang saya merupakan senang akhirnya dapat membuktikan
bahwa saya tidak seremeh yang dipandang mereka-mereka.
Sampai
saat ini, empat tahun sudah saya menjalani pendidikan di almamater biru dongker
(Universitas Padjadjaran). Telah menjadi mahasiswa tingkat akhir, bahkan lebih
dari itu. Dikatakan lebih karena saat ini saya telah berada pada semester 9,
lebih satu semester karena normalnya masa kuliah adalah 8 semester. Skripsi yang saya kerjakan tak kunjung usai dan selesai,
entah karena saya terlalu santai dan malas atau karena persoalan eksternal,
yang jelas saya tidak mau menyalahkan siapapun bahkan tak mau menyalahkan diri
sendiri. Tiada guna menyalahkan, yang saya tahu saya telah berusaha serta
berdoa supaya semua lekas selesai. Seperti terulang kembali, saya pun merasakan
lagi untuk yang kedua kalinya selentingan sindiran pada diri saya. Banyak yang
menanyakan kapan selesai, tidak hanya itu namun diikuti dengan pernyataan
dengan membandingi saya dengan anak-anak mereka yang jauh lebih dahulu
merasakan wisuda. Pertanyaan maupun pernyataan semacam itu saya rasakan seakan
menuding dan menghakimi diri ini. Hanya satu keinginan dan harapan saya untuk
saat ini, MEMBUKTIKANNYA LAGI PADA SIAPAPUN.
(SEMOGA)
Tulisan menjelang subuh di Jatinangor, ditemani
secangkir kopi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar